SOLOPOS.COM - Suasana kegiatan Workshop Revitalisasi Sekolah GMIT, yang digelar Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Selasa dan Rabu (18-19/6/2024) di NTT.(Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Komitmen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga untuk berperan aktif dalam pengembangan dan pemerataan pendidikan di Indonesia terus dilakukan.

Kali ini, UKSW menyelenggarakan Workshop Revitalisasi Sekolah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Selasa dan Rabu (18-19/6/2024). Diselenggarakan di SMP Kristen Soe, Nusa Tenggara Timur, kegiatan kerja sama UKSW dengan Majelis Sinode Harian (MSH) GMIT ini diikuti oleh 150 guru dari 20 sekolah di bawah naungan GMIT.

Wakil Rektor UKSW Bidang Kerja Sama dan Kealumnian Prof. Yafet Yosafet Wilben Rissy, S.H., M.Si., LLM., Ph.D. (AFHEA) ikut menghadiri kegiatan ini. Membersamai Prof. Yafet Yosafet Wilben Rissy dari UKSW adalah Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Dr. Helti Lygia Mampouw, S.Pd., M.Si., Dekan Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Dr. Wahyu Hari Kristiyanto, S.Pd., M.Pd., dan Direktur Sekolah Kristen Satya Wacana (Sekolah Laboratorium) Dra. Emy Wuryani, M.Hum.

Dalam sambutannya, Prof. Yafet Rissy menyampaikan workshop ini merupakan wujud komitmen jangka panjang UKSW sebagai upaya bersama menata kembali sekolah-sekolah GMIT.

“Saya berharap dengan kerja sama yang erat antara UKSW, MSH GMIT, para ketua klasis terkait, Yapenkris Agape (Molo Barat), Yapenkris Tois Neno, Soe Timur, Yapenkris Hiti Kefa TTU dan Yapenkris Ada Hari, Sabu Raijua, segenap kepala sekolah, dan guru-guru; dalam waktu tiga tahun mendatang kita semua telah melahirkan sekolah-sekolah GMIT yang unggul. Hal ini untuk mempersiapkan masa depan pendidikan anak-anak kita dengan lebih berkualitas, sekaligus menyumbang sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Emas 2045,” kata Profesor bidang ilmu hukum dan ekonomi ini.

Lebih lanjut Yafet Rissy mengatakan, gerak bersama UKSW dengan MSH GMIT ini diyakini dapat mengurai persoalan-persoalan pelik dunia pendidikan yang saat ini dihadapi.

“Kalau kita bergerak bersama, kita pasti bisa menyelesaikan persoalan ini. Kita mulai dengan empat yayasan ini terlebih dahulu, jika telah berhasil, kita akan lanjutkan ke Yapenkris lainnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Prof Yafet Rissy menambahkan, sebenarnya tidak hanya GMIT, Nusa Tenggara Timur secara umum juga menghadapi persoalan pendidikan yang rumit dan tertinggal dalam banyak aspek. Program revitalisasi sekolah-sekolah GMIT ini sekaligus membuktikan komitmen UKSW dan MSH GMIT untuk turut memperbaiki pendidikan di NTT. Pada kesempatan ini Prof Yafet Rissy juga menyampaikan terima kasih atas komitmen MSH GMIT, Yayasan-Yayasan, Guru dan kepala sekolah untuk memperbaiki sekolah sekolah GMIT.

Ketua MSH GMIT Pdt. Semuel Pandie, S.Th., turut hadir dan membuka kegiatan workshop. Pdt. Semuel Pandie mengungkapkan revitalisasi sekolah GMIT adalah komitmen berkelanjutan bersama yang istimewa bagi GMIT dan sekolah yang terlibat dalam program ini.

“Dalam konteks pendidikan, kita sedang tidak baik-baik saja. Pergumulan kita sangat serius. Karena itu melalui program revitalisasi sekolah-sekolah GMIT yang dilakukan UKSW, Saya berharap kualitas sekolah-sekolah GMIT akan menjadi lebih baik dan mampu mendidik anak-anak kita dengan lebih baik,” terang Semuel Pandie.

Acara ini juga dihadiri Sekretaris MSH GMIT Pdt. Abdi Wenyi, S.Si-Teol., serta Ketua UPP GMIT Pdt. Norman Nenohai, S.Si-Teol. Ketua UPP GMIT Pdt. Norman Nenohai, ketika dimintai tanggapannya menyatakan kegiatan workshop yang diselenggarakan UKSW sangat bermanfaat.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas guru. Kami berharap ke depan kegiatan ini terus berlanjut dan memperluas jangkauannya,” kata Norman Nenohai.

 

Rekomendasi
Berita Lainnya