SOLOPOS.COM - Peserta saat berfoto bersama setelah pelatihan cara pendampingan terhadap siswa berkebutuhan khusus yang diselenggarakan prodi BKPI UIN Salatiga, Senin (10/6/2024). (Istimewa/UIN Salatiga)

Solopos.com, SALATIGA – Program studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI) UIN Salatiga menyelenggarakan pelatihan shadow teacher atau guru pendamping khusus (GPK) bagi guru dan mahasiswa, Senin (10/6/2024).

Kegiatan itu dilakukan dalam rangka Dies Natalis ke-54 UIN Salatiga, sekaligus implementasi perkembangan kurikulum merdeka belajar.

Promosi Waspada QRIS Palsu, BRI Imbau Jaga Keamanan Transaksi Lewat BRIMerchant

Dalam kurikulum saat ini menuntut tidak ada diskriminasi antara siswa normal dan yang memiliki kebutuhan khusus atau lebih dikenal Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Selain itu, saat ini seluruh satuan pendidikan berkewajiban untuk menerima ABK dan melakukan pendampingan serta menyiapkan pembimbing di sekolah.

Guru pendamping ABK di sekolah dikenal dengan istilah Guru Pembimbing Khusus (GPK) atau shadow teacher.

Ketua program studi BKPI FTIK Dr. Wahidin, mengatakan, bahwa kegiatan tersebut diikuti oleh 80 peserta yang terdiri guru-guru sekolah dasar (SD/MI) dan menengah pertama (SMP/MTs), dosen serta mahasiswa program studi BKPI.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membekali peserta memahami karakteristik ABK dan mempraktekkan pendampingan kepada siswa ABK di masing-masing sekolah, selain itu pelatihan ini dalam rangka penguatan kemampuan mahasiswa BKPI di masa depan,” ungkapnya.

Diakuinya, saat ini UIN Salatiga memiliki salah satu konsentrasi pilihan bagi mahasiswa yaitu Bimbingan dan Konseling ABK.

Sehingga diharapkan mahasiswa memahami praktik pendampingan siswa ABK di sekolah oleh guru dan praktisi.

Sementara Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Salatiga, Prof. Dr. Mansur, menekankan pentingnya sikap menghargai terhadap semua manusia ciptaan Allah termasuk ABK.

“Kesempurnaan fisik, kognitif maupun lainya perlu disyukuri sebagai anugerah Tuhan. Tidak ada orang tua atau manusia yang menghendaki lahir menjadi ABK, oleh karena itu sikap menghargai dan tidak mencela ABK mutlak dilakukan di dunia Pendidikan,” tutur Prof. Mansur.

Salah seorang pemateri dari Unit Layanan Disabilitas Smart Resource Centre (ULD SRC) Kota Salatiga.dari Septin Puji Kurniawati, menjelaskan pentingnya asesmen ABK sebelum menerapkan kurikulum. Sehingga ketika penerapan kurikulum bisa diikuti oleh semua siswa termasuk ABK.

“Modifikasi kurikulum dan praktik menangani siswa ABK sangat penting. Maka pada kesempatan ini, Saya mengajak peserta untuk menganalisis jenis ABK yang ada pada masing-masing sekolah dan memberikan penanganan yang perlu dilakukan oleh guru pembimbing,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya