SOLOPOS.COM - Warga Jalur Gaza Palestina mengantre bantuan dari UNRWA PBB. (Istimewa/UNRWA/Twitter X)

Solopos.com, JENEWA–Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Paula Gaviria Betancur mengungkapkan pada akhir 2023 sebanyak 68,3 juta orang mengungsi secara internal akibat konflik dan kekerasan yang terjadi di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat 49 persen dibandingkan lima tahun lalu.

Data itu disampaikan Betancur kepada Dewan HAM PBB pada Jumat (22/6/2024). Betancur, yang merupakan Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia bagi pengungsi internal, mengatakan 7,7 juta orang lebih telah mengungsi di negara mereka sendiri pada akhir 2023 akibat banjir, badai, gempa bumi, kebakaran hutan, dan bencana lainnya.

Promosi Penyaluran KUR BRI hingga Akhir April 2024 Capai Rp59,96 Triliun

Dia menambahkan setiap tahun, jumlah pengungsi internal di seluruh dunia mencapai rekor tertinggi.

“Selama beberapa bulan terakhir, kami telah menyampaikan keputusasaan, kemarahan, dan frustrasi kami atas bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang terjadi di Gaza, Sudan, Haiti, dan masih banyak lagi,” katanya di sidang ke-56 badan HAM tersebut, seperti dilansir Antara yang mengutip Anadolu.

Menurut Betancur, hampir 83 persen penduduk Gaza saat ini mengungsi, dan lebih dari 70 persen rumah di wilayah tersebut telah hancur sejak konflik yang melibatkan Israel pada 7 Oktober 2023.

Sementara itu di Sudan, beberapa laporan terbaru mengindikasikan bahwa 9,9 juta orang telah mengungsi secara internal.

“Meningkatnya aksi kekerasan dan minimnya upaya perlindungan di Haiti telah memaksa sekitar 600 ribu orang mengungsi secara internal pada 2024, lebih dari dua kali lipat dari angka yang tercatat pada 2022,” kata pakar PBB tersebut.

Sedangkan di Myanmar, sebagian besar dari 3 juta pengungsi internal masih tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan tidak memiliki akses untuk memperoleh makanan dan air.

Lebih lanjut, Betancur mengatakan Mozambik membuat kemajuan yang menurutnya luar biasa dalam merespons pengungsian yang diakibatkan oleh konflik dan darurat iklim.

Situasi konflik di Mozambik, lanjutnya, menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi secara internal dan tambahan 110.000 pengungsi lainnya menyusul serangan pada 2024 yang dilakukan oleh militan di wilayah utara negara itu.

“Sementara itu, lebih dari 600.000 orang telah kembali ke daerah asal mereka pada 2023,” kata Betancur.

Diungkapkan Betancur, 70 persen pengungsi internal berada di negara-negara yang lemah dan atau dilanda konflik yang sangat rentan terhadap dampak buruk perubahan iklim.

Negara-negara seperti Bangladesh, Pantai Gading, Mesir, Grenada, India, Jepang, Malawi, Myanmar, Namibia, Pakistan, Filipina, wilayah Samoa Amerika, Vanuatu, dan Vietnam memiliki kebijakan pengurangan risiko bencana yang mengacu pada relokasi yang terencana.

Betancur mengatakan bahkan dengan kerangka kerja relokasi terencana yang diadopsi, implementasi yang konsisten, kapasitas kelembagaan, dan pendanaan yang memadai tidak selalu terjamin.

Dia menegaskan sejumlah negara harus memiliki alasan, bukti, dan dasar hukum yang kuat untuk relokasi yang direncanakan, yang harus menjadi pilihan terakhir setelah semua upaya pengurangan risiko dan langkah-langkah adaptasi lainnya diupayakan secara wajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya