SOLOPOS.COM - Gambar AI All Eyes on Rafah. (Istimewa/Media Sosial)

Solopos.com, RAFAH — Dalam beberapa hari terakhir, jutaan pengguna media sosial di dunia mengunggah kalimat berikut foto All Eyes on Rafah hingga menjadi viral, berikut arti ungkapan tersebut dan fakta-faktanya.

Rafah merujuk pada sebuah kota di selatan Jalur Gaza, Palestina, yakni Rafah, yang kini menjadi target utama serangan membabi-buta tentara Israel.

Promosi BRI Kenalkan Berbagai Inovasi Unggulan di Kick-Off BUMN AI Center of Excellence

All Eyes on Rafah berarti semua mata tertuju pada Rafah.

Pada Senin (6/5/2024), pasukan militer Israel menyerbu Rafah dan mengambil kendali perbatasan dari sisi Palestina.

Kota ini berada di perbatasan Jalur Gaza dan Mesir, yang merupakan satu-satunya tempat yang dianggap aman oleh satu juta warga Palestina yang mengungsi akibat bombardir Israel.

Akibat serbuan ini, Mesir menutup perbatasan dari sisinya sehingga tak ada bantuan kemanusiaan yang bisa memasuki Gaza.

Sehingga, di sana berdiri ratusan tenda, tempat para pengungsi bertahan hidup selama menunggu bantuan internasional, lantaran menjadi pintu masuk satu-satunya.

ICJ Perintahkan Israel Berhenti Serang Rafah

Dilansir Antara, Mahkamah Internasional (ICJ) telah memerintahkan Israel untuk menghentikan operasinya di Rafah, kata hakim Ketua Pengadilan Nawaf Salam pada Jumat (24/5/2024).

“Pengadilan menganggap bahwa sesuai dengan kewajiban berdasarkan Konvensi Genosida, Israel harus segera menghentikan serangan militernya dan tindakan lainnya di Rafah,” kata hakim tersebut.

Hakim Salam menambahkan bahwa Israel harus memastikan akses tanpa hambatan ke Jalur Gaza bagi misi-misi yang menyelidiki tuduhan genosida.

Pada pekan lalu, Mahkamah Internasional mengadakan sidang selama dua hari untuk membahas tindakan sementara tambahan terhadap Israel.

Sidang diakhiri dengan permintaan pengadilan dari Israel untuk memberikan informasi tentang kondisi kemanusiaan yang ada di zona evakuasi yang ditentukan di Jalur Gaza.

Sudah lebih dari 35.600 warga Palestina terbunuh, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 79.900 lainnya terluka sejak Oktober tahun lalu.

Sebelumnya, Israel di ICJ dituntut  melakukan genosida.

Jaksa Pengadilan Pidana Internasional Karim Khan pada Senin (20/5/2024) mengatakan dirinya meyakini bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant memikul tanggung jawab atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

All Eyes on Rafah
Map Jalur Gaza. (Istimewa/Wikimedia)

Gambaran Terkini Rafah

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (28/5/2024) menegaskan gambaran suram menyusul serangan udara yang dilakukan Israel di Rafah, pada Minggu (26/5/2024), mengungkapkan bahwa sedikitnya 200 orang terbunuh.

“Menurut beberapa sumber medis asing yang berbicara kepada tim kami, sedikitnya 200 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut,” kata direktur komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Juliette Touma, kepada wartawan saat konferensi pers secara virtual.

Menggarisbawahi akibat serangan yang “sangat besar”, Touma menekankan bahwa peristiwa tersebut “secara umum menambah rasa takut akan kematian”.

Menurut Touma, pengungsian masih berlangsung, mengingat lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Kota Rafah sejak 6 Mei.

Touma mengindikasikan bahwa mereka sebelumnya sudah mengungsi di berbagai lokasi, tetapi pemboman besar-besaran di daerah itu terus berlanjut.

Dia menambahkan bahwa hanya 200 truk bantuan yang dapat masuk ke wilayah tersebut dalam tiga pekan terakhir.

“Tentunya terjadi penurunan di tengah kebutuhan kemanusiaan masyarakat, karena jumlah kebutuhan terus bertambah.”



“Yang dibutuhkan Gaza adalah 500 truk dan jumlah itu harus gabungan pasokan komersial dan pasokan kemanusiaan,” katanya.

Puluhan Jiwa Kehilangan Nyawa di Rafah

Sedikitnya 45 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, tewas dan hampir 250 orang terluka akibat serangan Israel.

Ledakan juga terjadi di dekat pangkalan logistik UNRWA di Tal al-Sultan, menurut Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza.

Perang Israel di Gaza yang sudah berlangsung selama delapan bulan telah menyebabkan lebih dari 36.000 orang terbunuh dan 81.100 orang lainnya terluka.

Kampanye militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang dan menyebabkan sebagian besar warga sipilnya kehilangan tempat tinggal dan berisiko kelaparan.

Serangan terbaru pada Minggu terjadi meski terdapat keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Kota Rafah, yang menjadi tempat perlindungan bagi satu juta lebih warga Palestina.

Sejumlah sumber medis melaporkan bahwa seluruh rumah sakit di Kota Rafah di Jalur Gaza selatan lumpuh, kecuali Rumah Sakit Bersalin Tal Al-Sultan.

Sumber tersebut menekankan bahwa hanya Rumah Sakit Bersalin Tal Sultan yang masih berjuang untuk beroperasi dan terus melayani pasien.

Sejak awal penyerangan Kota Rafah, enam rumah sakit tidak dapat beroperasi akibat gempuran Israel yang masih berlangsung hingga kini dan sengaja menargetkan banyak rumah sakit dan pusat pengobatan primer.

Disebutkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan Rumah Sakit Abu Youssef Al-Najjar, Klinik Pusat Abu Al-Walid, Rumah Sakit Darurat Rafah, Rumah Sakit Khusus Kuwait, Rumah Sakit Darurat Indonesia dan Klinik Tal Al-Sultan berhenti beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya