SOLOPOS.COM - Tim FKOR UNS Solo melakukan seleksi PPDB Kelas Khusus Olahraga (SKO) di SMA negeri Soloraya belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo mengusulkan agar pengadaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) tingkat SMA diselenggarakan secara terarah dan berkelanjutan. 

Kepala Disdik Solo, Dian Rineta, mengatakan siswa yang sudah dibina di SMP Khusus Olahraga (SKO) tidak terarah lantaran setelah lulus tidak semua bisa tertampung. Saat ini terdapat KKO di SMAN 4 Solo.

Promosi BRI Dorong Pemasaran Aset Bermasalah Melalui Platform Digital

Setiap tahun SKO meluluskan dua rombongan belajar (rombel) dengan total 72 siswa. Namun, daya tampung KKO tingkat SMA di Solo hanya satu rombel dengan kuota 36 siswa.

Disdik Solo turut mengusulkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah terkait opsi penambahan KKO tingkat SMA di Solo. Hal itu diusulkan agar seluruh lulusan SKO tingkat SMP tertampung. Sehingga pembinaan atlet usia dini bisa berlanjut.

Selain itu, setelah diadakan KKO di tingkat SMA, Dian mengusulkan agar para lulusan SKO tidak perlu tes ketika masuk ke KKO.

“Paling tidak KKO tidak usah tes, kalau sekarang kan tes, ya jadi anak saya pecah-pecah. Jadi sayang, bibit kita, ibaratnya matangnya di SMA ya. Ini kita baru 60%, tapi setelah itu [lulus dari SKO] hanya beberapa yang bisa melanjutkan ke KKO,” kata dia kepada Solopos.com, Jumat (7/6/2024).

Hal serupa disampaikan Sub Koordinator Pendidikan Keolahragaan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Solo, Sugeng Haryadi yang mengatakan pembinaan atlet usia dini lewat pendidikan harus berkelanjutan.

“Kita ingin apa yang sudah kita bina dari SMP berlanjut secara resmi di tingkat SMA. Sementara ini kami hanya bisa di tingkat SMP, SMA belum bisa seintensif, sedetail, dan sekompleks di SMP,” kata dia.

Dia mengatakan pembinaan siswa di SKO cenderung putus di tengah jalan lantaran belum selaras dengan KKO di SMA. Terlebih setiap tahun SKO meluluskan dua rombel dan daya tampung KKO di SMAN 4 Solo hanya satu rombel.

“Jadi kita ingin nanti, SKO itu bisa tingkat SMP dan SMA dalam satu atap yang kita kelola bersama-sama, dari tingkat kota (SMP)  dan SMA di tingkat Provinsi,” kata dia.

Sugeng mengatakan selama ini lulusan SMP SKO yang tidak tertampung di KKO tingkat SMA mengikuti pembinaan di klub masing-masing. Hal itu tentu tidak bisa berkelanjutan.

“Melalui pembinaan yang berkelanjutan. Kita ingin mendapatkan bibit unggul. Kita ingin input maksimal, kemudian nanti kami bina sehingga outputnya juga berkualitas. Artinya berkualitas itu bisa berprestasi baik dari skala daerah, nasional, atau internasional,” lanjut dia.

Sebelumnya, Disdikbud Jateng akan membuka program KKO di SMAN 9 Solo pada 2025 nanti. Hal itu sebagai upaya pembinaan yang berkelanjutan dalam bidang olahraga.

Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah, mengatakan SMAN 9 Solo akan membuka dua rombel KKO. Masing-masing rombel akan menerima 36 peserta didik. Sementara itu, dia menegaskan KKO yang selama ini sudah ada satu kelas di SMAN 4 Solo tidak akan dihapus. 

“Di SMAN 4 Solo tetap ada, jadi nanti total ada tiga KKO, di SMAN 9 dua kelas, dan di SMAN 4 satu kelas,” kata dia ketika dikonfirmasi Solopos.com melalui pesan WhatsApp, Rabu (5/6/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya